I.
PEMBAHASAN
Jurnalistik
adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita
kepada khalayak melalui media cetak dan media elektronik. Radio
dan Televisi termasuk dalam kategori media elektronik. Media elektronik merupakan
salah satu jenis media yang memiliki kekhususan dibandingkan dengan media massa lainnya.
Kekhususanya terletak pada dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciri
dan kekuatan dari media berbasis elektronik. Dari kekhususan yang dimiliki media elektronik ini pada
satu sisi terkadang menjadi kendala juga bagi pendengar/pemirsa yang pada saat
berita disisarkan tidak dalam mendengar radio atau menonton televisi maka
memberi konsekuensi kepada stasiun radio atau televisi untuk melakukan pengulangan
informasi atau siaran.
A.
Jurnalistik Radio
Radio, yaitu medium komunikasi bersifat
auditif (dengar). “Suara
dalam sebuah radio adalah suatu kombinasi tekanan emosional, perseptual, dan
fisikal yang timbul dan berasal dari suatu suara yang termediasi oleh teknologi
yang kemudian menimbulkan formasi imajinasi visual tertentu di benak
pendengar”.[1]
Karena
itu, menyampaikan informasi melalui radio relatif lebih sulit dibandingkan
dengan televisi.
Ketika penyiar menyajikan
informasi, ia harus bisa menggambarkan peristiwa tersebut secara jelas,
sehingga bisa ditangkap oleh imajinasi pendengar. Penyiar adalah ujung tombak
dalam penyajian program ‘on-air’ yang sesuai dengan format radio yang
telah ditetapkan oleh stasiun radio yang bersangkutan. Penulisan teks berita radio
(untuk dibaca oleh seorang penyiar/news reader) harus menggunakan bahasa
yang mudah dibaca oleh news reader dan mudah pula didengar oleh audiens.
Untuk mencapai tujuan tersebut, jurnalis radio menggunakan teori ELF (Easy
Listening Formula), yaitu penulisan yang jika diucapkan, mudah didengar dan
mudah dimengerti pada pendengaran. Karena dalam radio tidak ada pengulangan.
Tidak seperti media cetak yang bisa dibaca beberapa kali oleh penerima
informasi.
Pada awalnya, tumbuh keraguan
terhadap media-media elektronik yang secara khusus menyajikan produk
jurnalistik. Karena media elektronik identik dengan hiburan. Kehadiran media
elektronik yang melulu
menyuguhkan berita, hanya akan membuat masyarakat jenuh untuk menyaksikan dan
mendengarkannya. Namun itu semua tidak terbukti, justru kehadiran radio dan
televisi khusus berita menghilangkan dahaga masyarakat, dan memenuhi kebutuhan
mereka terhadap informasi. Mengingat kurangnya porsi pemberitaan yang ada pada
media hiburan.
Walaupun radio identik dengan
hiburan, namun tidak berarti semua siaran radio menyuguhkan hal itu. Seiring
berkembangnya dunia jurnalistik, banyak radio khusus berita yang tumbuh dan
berkembang, bahkan dengan sangat pesat. Sebagai contoh, kita mengenal radio
Elshinta dan Sonora.
Kedua radio ini menyuguhkan beragam informasi dan berita. Tidak menjadikan
musik atau hiburan sebagai produk utama.
Berikut kriteria
seorang penyiar radio :
Mempunyai kualitas vokal yang
memadai.
Mampu melaksanakan ‘adlibbing (tanpa persiapan) dan ‘script
reading’ dengan baik.
Memahami format radionya dan format
clock.
Memahami secara mendalam segmen
radio.
Memperlihatkan simpati dan empati
terhadap pendengarnya.
Mampu menghasilkan gagasan-gagasan
segar dan kreatif dalam siarannya.
Mampu bekerjasama dalam team.
Be Your Self.
B.
Jurnalistik Televisi
Televisi, yaitu medium komunikasi yang bersifat audio-visual
(dengar-lihat) dengan penyajian berita yang berorientasi pada repoduksi dari
kenyataan. Kekuatan utama dari media televisi adalah suara dan gambar, televisi
lebih menarik daripada radio. Dampak pemberitaan melalui televisi bersifat power
full. Karena melibatkan aspek suara dan gambar sehingga lebih memberi
pengaruh yang kuat kepada pemirsa. Media televisi memiliki fungsi yang
lebih dominan pada hiburan dibandingkan fungsi memberi informasi dan mendidik.
Kelebihan televisi adalah sifatnya audio-visual yang dapat didengar dan
dilihat secara langsung oleh pemirsa, dan juga mendapat sajian informasi/
berita yang lebih realistic, yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Media televisi sangat dipengaruhi beberapa
factor, seperti pemirsa, alokasi waktu, durasi penayangan, dan cara penyajian
berita.
Berdasarkan pengamatan para ahli
pertelevisian, informasi dari televisi diingat lebih lama dibanding dengan yang
diperoleh melalui membaca (media cetak). Sekalipun informasi yang disuguhkan
persis sama. Hal itu karena terdapatnya visualisasi berbentuk gambar bergerak
dalam televisi. Visualisasi tersebut berfungsi sebagai penambah dan pendukung
narasi yang dibaca reporter atau newsreader. Jadi, dalam menerima
informasi, khalayak tidak hanya menggunakan satu indera, melainkan dua indera
sekaligus. Yaitu mata dan telinga. Berita
yang di tayangkan di televisi
di sampaikan oleh announcer/penyiar. Penyiar yang tampil di layar TV,
adalah petugas yang mewakili sebuah stasiun Televisi, sehingga penyiar adalah
ujung tombak stasiun TV. Berbeda dengan penyiar di radio, penyiar di televisi
cenderung memiliki daya tarik dengan kata lain berpeampilan menarik,
karena seorang penyiar
TV perlu memiliki bentuk fisik yang sempurna. Karena fisik yang cacat bisa menimbulkan ejekan dan cemoohan, sehingga mengganggu jalannya komunikasi. Adapun fisik yang gagah dan cantik akan
menawan penonton, apalagi jika dikuasai kemampuan menguasai masalah yang
dibawakannya.
Penyiar berita televisi memiliki
beberapa syarat yang harus dipegang:
- Suara
dan kemampuan berbicara, alangkah baiknya seorang penyiar berita memiliki suara yang ideal, suara
rendah atau bariton untuk pria dan alto untuk wanita, adalah suara
ideal seorang penyiar berita.
- Penampilan
dan perilaku yang tidak mengecewakan, secara fisik, penampilan seorang penyiar sangat
diperhatikan oleh lensa kamera yang sangat sensitive.
- Berkepribadian, diharapkan penyiar bisa menempatkan
dirinya di lingkungan sehari-hari, jangan membuat hal-hal negatif yang membuat
citra diri buruk.
- Berpengetahuan
dan pendidikan yang memadai, saat ini menjadi penyiar memiliki syarat mutlak,
yaitu pendidikan yang cukup atau bahkan lebih, cukup atau lebih disini sangat
dibutuhkan, karena penyiar kadang berhubugan dengan pejabat, menteri, atau
bahkan akademisi. Sehingga dengan adanya ilmu
pengetahuan yang kita kuasai, membuat kita bisa menyeimbangkan pembicaraan
kita.
- Memiliki
motivasi, motivasi kunci menjadi penyiar.
- Mampu
bekerja dalam satu tim.
- Kesehatan
yang baik, kerja menjadi penyiar cukup melelahkan.
Upaya
penyampaian informasi melalui media audio (radio) dan audiovisual (televisi),
masing-masing memiliki kelebihan tetapi juga kelemahan. Penyebanya adalah sifat
fisik masing-masing jenis media seperti terlihat pada tabel di bawah ini:[2]
Radio
|
Televisi
|
-
Dapat didengar bila siaran
-
Dapat didengar kembali, bila diputar kembali
-
Daya rangsang rendah
-
Elektris
-
Relatif murah
-
Daya jangkau besar
|
-
Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran
-
Dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar
kembali
-
Daya rangsan sangat tinggi
-
Elektris
-
Sangat mahal
-
Daya jangkau besar
|
II.
KESIMPULAN
Seiring dengan kemajuan zaman dapat diprediksikan, bahwa perkembangan jurnalistik tentunya akan berkembang dengan pesat kelak
dikemudian hari. Keinginan masyarakat untuk memperoleh informasi menuntut para
pelaku utama jurnalistik semakin bekerja lebih keras. Jurnalistik elektronik
sendiri memiliki kekhususan yang tentunya harus dimanfaatkan
secara optimal. Keunggulan media elektronik
seperti lebih cepat diterima karena berbentuk audio (suara) dan audiovisual (suara dan gambar) harus
dikembangkan dan dikemas sedemikan rupa sehingga memberikan kesan yang menarik
dan enak untuk dinikmati oleh para pemirsa.
DAFTAR PUSTAKA
Masduki, Menjadi Broadcaster profesional, Yogyakarta: Pustaka
Populer LkiS, 2005
Morisson, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Jakarta: Kencana,
2011
http://vntifatimah.blogspot.com/2011/09/boroadcasting-jurnalistik-siaran-radio.html, diakses tanggal 28-10-2012