Sabtu, 22 Desember 2012

Metatheori Komunikasi dan Etika



A.    PENGERTIAN METATHEORI KOMUNIKASI

Sesuai dengan namanya, imbuhan “meta” merujuk pada spekulasi yang menyertai sebuah teori. Metateori  mengajukan sejumlah pertanyaan menyangkut sebuah teori, yakni apa yang dibahas, bagaimana pengamatan dilakukan dan bagaimana suatu teori terbentuk. Dengan kata lain, metateori adalah teori dari sebuah teori.[1]  Metateori, sebagai istilah menyatakan secara tidak langsung, teori tentang teori. Itu adalah, perbandingan metateoritis melibatkan komitmen-komitmen filosofis pada isu-isu seperti aspek apa dari dunia sosial yang dapat dan harus kita teorikan, bagaimana peneorian harus diproses, apa yang harus kita hitung sebagai pengetahuan tentang dunia sosial, dan bagaimana teori harus digunakan untuk membimbing tindakan sosial.

Dalam hal ini, Bradac dan Bowers telah mengadakan satu analisis metateori atas ilmu komunikasi. Metateori adalah satu bidang yang mendiskripsikan dan menjelaskan persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara teori-teori dengan memakai tiga tema besar yaitu epistemologi (tentang pengetahuan yang benar dan cara mendapatkannya), ontologi, dan aksiologi (tentang nilai-nilai).

a.              Epistemologi (Hakikat Pengetahuan)
Studi epistemologi dengan filsafat meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang penciptaan dan pertumbuhan dari pengetahuan. Fondasi-fondasi epistomologis meliputi sebuah ide teoris tentang apa pengetahuan dan bagaimana pengetahuan dapat disusun dalam dunia sosial. Menurut objektivis, pengetahuan harus terdiri dari pernyataan kausal tentang dunia sosial dan harus dihasilkan melalui usaha dari sebuah komunitas ilmuwan menggunakan metode-metode ilmiah yang ditetapkan.
Sedangkan menurut subjektivis, pengetahuan disituasikan dengan keadaan lokal dan dengan demikian harus diperoleh melalui pengalaman atau melalui interaksi yang dikembangkan dengan orang-orang yang mengerti.

b.              Ontologi (Hakikat Realitas)
Studi ontologi dengan filsafat meliputi penyelidikan-penyelidikan menuju hakikat keberadaan. Dalam diskusi-diskusi dengan penelitian sosial, pertanyaan-pertanyaan dari ontologi meliputi isu-isu seperti “Apa hakikat dari realitas?” dan “Apa hakikat dari hal yang dapat diketahui?” Dengan kata lain, pertanyaan-pertanyaan dari ontologi mencari hakikat dari fenomena yang kita cari dalam ilmu pengetahuan dan apa yang kita teorikan.
Sebuah isu metateoritis sentral adalah satu pendirian ontologi diambil dengan memperhatikan dunia sosial. Sebuah ontologi teoris sosial bisa menjadi realistis dengan memposisikan sebuah realitas yang sukar dan solid dari objek-objek ilmu alam dan sosial. Atau sebuah pendirian teoris bisa menjadi nominalist dalam mengusulkan bahwa realitas entitas sosial hanya dalam nama dan label yang kita sediakan untuk mereka. Atau sebuah pendirian teoris bisa menjadi konstruksi sosial dalam menekankan jalan-jalan/cara-cara dalam pengertian-pengertian/arti-arti sosial diciptakan melalui interaksi historis dan kontemporer dan tata cara dalam  pengkonstruksian sosial memungkinkan dan memaksa kelakuan kita yang selanjutnya.

c.              Aksiologi (Peran Nilai)

Ada tiga posisi pada aksiologi :
Pertama, nilai-nilai mempunyai peran dalam penelitian, tetapi peran tersebut dipaksa dalam istilah ketika nilai-nilai dari bermacam-macam jenis mempengaruhi ilmu pengetahuan.
Kedua, itu tidak mungkin untuk menghilangkan pengaruh nilai-nilai dari sesuatu bagian usaha penelitian.
Ketiga, nilai-nilai tidak hanya membimbing/memimpin pilihan-pilihan topik-topik penilitian dan mempengaruhi praktek penelitian tapi juga bahwa ilmu pengetahuan melibatkan partisipasi aktif dalam pergerakan perubahan sosial.




B.     TEORI KOMUNIKASI

Apa Itu teori komunikasi? Secara sederhana, teori adalah segala upaya menjelaskan atau merepresentasikan pengalaman dan realitas. Artinya, semua orang dalam kehidupan sehari-hari bisa saja berteori. Namun, para ilmuwan memakai istilah teori dengan lebih seksama yakni hasil kerja intelektual yang melibatkan penelitian ilmiah yang tekun dan seksama. Istilah teori komunikasi sendiri bisa merujuk pada satu teori atau juga untuk menandai sekumpulan pemikiran yang ditemukan dalam sekumpulan teori yang berhubungan dengan komunikasi.[2] Sedangkan pengertian komunikasi itu adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator ( pemberi pesan ) kepada kumunikan ( penerima pesan ) dengan menggunakan media tertentu untuk mengasilkan afek tertentu.[3] Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut Communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari bahasa communis yang artinya adalah sama. Sama berarti sama maknanya. Antara pemberi pesan dan penerima pesan pada akhirnya mempunyai persamaan makna. Pengertian kesamaan makna dalan komunikasi adalah pengertian dasar, artinya komunikasi yang dilakukan oleh dua orang harus mengandung syarat minimal yaitu adanya unsur kesamaan makna. Dikatakan syarat minimal karena sesungguhnya kegiatan komunikasi tidak hanya bersifat informasi, akan tetapi juga persuasi. Artinya dalam kegiatan komunikasi ada tujuan lain, selain agar penerima pesan mengerti dan tahu seuatu paham atau keyakinan baru sehingga mau mengubah apa yang selama ini diyakininya.[4]

C.     PENGERTIAN ETIKA

Menurut William Benton, dalam Encylcopedia Britannica yang terbit tahun 1972, bahwa secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti karakter. Dan definisi Etika menurut terminologi adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya didalam segala hal, disebut juga filsafat moral (dari kata latin “mores” yang artinya adat istiadat).
Dari pengertian diatas, kata etika sering juga diartikan dengan moral. Kedua pengertian itu (etika dan moral) sering kali diidentikkan, padahal sesungguhnya kedua kata itu dalam penggunaanya dapat dibedakan. Etika lebih ditujukan pada suatu sistem pengkajian, suatu sudut pandangan yang dalam Islam dikenal dengan ilmu akhlak, sedangkan moral lebih ditujukan kepada suatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri, yang dalam Islam sering disebut akhlak. Karena itu etika disebut juga filsafat kesusilaan atau filsafat moral, yang berarti filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan nilai baik-buruk, sehingga etika merupakan filsafat yang sifatnya praktis. Pengertian antara etika dan moral dapat dipishkan, tetapi dalam penggunaannya antara keduanaya akan saling beririgan. Sedangkan menurut Louis. O. Kattsoff dalam bukunya Elements of Philosofhy yang diterbitkan tahun 1953, etika adalah cabang aksiologi yang pada pokonya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk (dalam arti susila atau tidak susila). Sebagai topik yang khusus, etika juga mempersoalkan sifat-sifat yang menyebabkan seseorang berhak untuk disebut susila atau berbudi. Sifat-sifat atau atribut-atribut itu dinamakan berbudi ( kebajikan) sebagai lawan dari kejahatan yang menunjukkan sifat-sifat yang apabila dipunyai oleh seseorang  maka orang tersebut disebut sebagai orang yang tidak bersusila.

Pada prinsipnya semua definisi tentang etika membicarakan masalah baik dan buruk, susila atau tidak susila, bermoral atau tidak bermoral dari perbuatan dan tingkah laku manusia, berbicara tentang kelakuan si A yang tidak etis atau sebaliknya, pembicaraan atau perkataan antarmanusia ini pun dapat disebut etis atau tidak etis.

D.    BEBERAPA ISME DALAM ETIKA

Sebenarnya ada sekian banyak pemikiran dalam aliran etika. Hal ini disebabkan oleh adanya sekian banyak pengertian dan asumsi dalam etika itu sendiri.

1.      Egoisme

Egoisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat bagi diri sendiri dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu.


2.      Deontologisme

Deontologisme adalah pemikiran yang etis yang menyatakan bahwa baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Ini berarti ada kewajiban moral atau keharusan etis yang harus dipatuhi. Ada dua jenis pemikiran deontologis, yaitu deontologisme tindakan dan deontologisme aturan. Deontologisme tindakan menyatakan bahwa baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Deontologisme aturan adalah bahwa kaidah moral dan tindakan baik-buruk diukur dari aturan yang berlaku secara universal, bersifat mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu.

3.      Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah pemikiran etika yang melihat bahwa kaidah moral dan baik buruknya tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Yang menjadi tujuan tindakan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat perbuatan yang dikerjakan.

4.      Pragmatisme

Pragmatisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa perbuatan etis berhubungan dengan soal pengetahuan praktis yang dilakukan demi kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih mengutamakan tindakan daripada ajaran. Prinsip menilai akhirnya ditentukan dari dapat-tidaknya dibuktikan, dilaksanakan dan mendatangkan hasil. Pragmatisme menyatakan bahwa perbuatan baik adalah perbuatan yang bisa dilaksanakan, dan dipraktekkan, mandatangkan hal posotif bagi masyarakat. Pragmatisme berkontribusi untuk menyeimbangkan antara kata dengan perbuatan, teori dengan praktek.







E.     KESIMPULAN


Metateori merupakan bagian dari metastudi/satu bidang yang menganalisa lebih jauh kenyataan yang terjadi dilapangan dan direfleksikan kembali kearah yang benar sekaligus mendiskripsikan dan menjelaskan persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara teori-teori yang digunakan. Dalam kegiatan/pelaksanaan komunikasi itu tidak hanya bersifat informasi (menyampaikan sebuah pesan saja), akan tetapi juga persuasi. Artinya dalam kegiatan komunikasi ada tujuan lain, selain agar penerima pesan mengerti dan tahu seuatu paham atau keyakinan baru sehingga mau mengubah apa yang selama ini diyakininya.

Etika adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya. Dan didalam etika itu sendiri ada aliran-aliran yaitu :

1.      Egoisme
2.      Deontologisme
3.      Utilitarianisme
4.      Pragmatisme


DAFTAR PUSTAKA



v  Mufid, Muhammad, 2010. ETIKA dan FILSAFAT KOMUNIKASI, Jakarta : KENCANA
v  El Karimah, Kismiyati dan Wahyudin, Uud 2010. Filsafat dan Etika Komunikasi, Bandung : WIDYA PADJADJARAN



[1] Muhammad Mufid, ETIKA dan FILSAFAT KOMUNIKASI, KENCANA, 2010, hal 37
[3] Kismiati El Karimah & Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi, WIDYA PADJADJARAN, 2010, hal 31
[4] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar