A.
PENGERTIAN METATHEORI KOMUNIKASI
Sesuai dengan
namanya, imbuhan “meta” merujuk pada spekulasi yang menyertai sebuah teori. Metateori mengajukan sejumlah pertanyaan menyangkut
sebuah teori, yakni apa yang dibahas, bagaimana pengamatan dilakukan dan
bagaimana suatu teori terbentuk. Dengan kata lain, metateori adalah teori dari
sebuah teori.[1] Metateori, sebagai istilah menyatakan secara tidak
langsung, teori tentang teori. Itu adalah, perbandingan metateoritis melibatkan
komitmen-komitmen filosofis pada isu-isu seperti aspek apa dari dunia sosial
yang dapat dan harus kita teorikan, bagaimana peneorian harus diproses, apa
yang harus kita hitung sebagai pengetahuan tentang dunia sosial, dan bagaimana
teori harus digunakan untuk membimbing tindakan sosial.
Dalam hal ini,
Bradac dan Bowers telah mengadakan satu analisis metateori atas ilmu
komunikasi. Metateori adalah satu bidang yang mendiskripsikan dan menjelaskan
persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara teori-teori
dengan memakai tiga tema besar yaitu epistemologi (tentang pengetahuan yang
benar dan cara mendapatkannya), ontologi, dan aksiologi (tentang nilai-nilai).
a.
Epistemologi (Hakikat Pengetahuan)
Studi epistemologi dengan filsafat meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang
penciptaan dan pertumbuhan dari pengetahuan. Fondasi-fondasi epistomologis
meliputi sebuah ide teoris tentang apa pengetahuan dan bagaimana pengetahuan
dapat disusun dalam dunia sosial. Menurut objektivis, pengetahuan harus terdiri
dari pernyataan kausal tentang dunia sosial dan harus dihasilkan melalui usaha
dari sebuah komunitas ilmuwan menggunakan metode-metode ilmiah yang ditetapkan.
Sedangkan
menurut subjektivis, pengetahuan disituasikan dengan keadaan lokal dan dengan
demikian harus diperoleh melalui pengalaman atau melalui interaksi yang
dikembangkan dengan orang-orang yang mengerti.
b.
Ontologi (Hakikat Realitas)
Studi ontologi dengan filsafat meliputi penyelidikan-penyelidikan
menuju hakikat keberadaan. Dalam diskusi-diskusi dengan penelitian sosial,
pertanyaan-pertanyaan dari ontologi meliputi isu-isu seperti “Apa hakikat dari
realitas?” dan “Apa hakikat dari hal yang dapat diketahui?” Dengan kata lain,
pertanyaan-pertanyaan dari ontologi mencari hakikat dari fenomena yang kita cari
dalam ilmu pengetahuan dan apa yang kita teorikan.
Sebuah
isu metateoritis sentral adalah satu pendirian ontologi diambil dengan
memperhatikan dunia sosial. Sebuah ontologi teoris sosial bisa menjadi
realistis dengan memposisikan sebuah realitas yang sukar dan solid dari
objek-objek ilmu alam dan sosial. Atau sebuah pendirian teoris bisa menjadi
nominalist dalam mengusulkan bahwa realitas entitas sosial hanya dalam nama dan
label yang kita sediakan untuk mereka. Atau sebuah pendirian teoris bisa
menjadi konstruksi sosial dalam menekankan jalan-jalan/cara-cara dalam
pengertian-pengertian/arti-arti sosial diciptakan melalui interaksi historis
dan kontemporer dan tata cara dalam pengkonstruksian
sosial memungkinkan dan memaksa kelakuan kita yang selanjutnya.
c.
Aksiologi (Peran Nilai)
Ada
tiga posisi pada aksiologi :
Pertama, nilai-nilai
mempunyai peran dalam penelitian, tetapi peran tersebut dipaksa dalam istilah
ketika nilai-nilai dari bermacam-macam jenis mempengaruhi ilmu pengetahuan.
Kedua, itu tidak
mungkin untuk menghilangkan pengaruh nilai-nilai dari sesuatu bagian usaha
penelitian.
Ketiga, nilai-nilai
tidak hanya membimbing/memimpin pilihan-pilihan topik-topik penilitian
dan mempengaruhi praktek penelitian tapi juga bahwa ilmu pengetahuan melibatkan
partisipasi aktif dalam pergerakan perubahan sosial.
B. TEORI KOMUNIKASI
Apa Itu teori komunikasi? Secara sederhana, teori adalah segala upaya
menjelaskan atau merepresentasikan pengalaman dan realitas. Artinya, semua
orang dalam kehidupan sehari-hari bisa saja berteori. Namun, para ilmuwan
memakai istilah teori dengan lebih seksama yakni hasil kerja intelektual yang
melibatkan penelitian ilmiah yang tekun dan seksama. Istilah teori komunikasi
sendiri bisa merujuk pada satu teori atau juga untuk menandai sekumpulan
pemikiran yang ditemukan dalam sekumpulan teori yang berhubungan dengan
komunikasi.[2]
Sedangkan pengertian komunikasi itu adalah suatu proses penyampaian
pesan dari komunikator ( pemberi pesan ) kepada kumunikan ( penerima pesan ) dengan
menggunakan media tertentu untuk mengasilkan afek tertentu.[3] Istilah
komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut Communication berasal dari
bahasa latin communicatio dan bersumber dari bahasa communis yang
artinya adalah sama. Sama berarti sama maknanya. Antara pemberi pesan dan
penerima pesan pada akhirnya mempunyai persamaan makna. Pengertian kesamaan
makna dalan komunikasi adalah pengertian dasar, artinya komunikasi yang
dilakukan oleh dua orang harus mengandung syarat minimal yaitu adanya unsur
kesamaan makna. Dikatakan syarat minimal karena sesungguhnya kegiatan
komunikasi tidak hanya bersifat informasi, akan tetapi juga persuasi. Artinya
dalam kegiatan komunikasi ada tujuan lain, selain agar penerima pesan mengerti
dan tahu seuatu paham atau keyakinan baru sehingga mau mengubah apa yang selama
ini diyakininya.[4]
C.
PENGERTIAN ETIKA
Menurut William Benton, dalam Encylcopedia Britannica yang
terbit tahun 1972, bahwa secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos
yang berarti karakter. Dan definisi Etika menurut terminologi adalah studi
yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam
penerapannya didalam segala hal, disebut juga filsafat moral (dari kata
latin “mores” yang artinya adat istiadat).
Dari pengertian diatas, kata etika sering juga diartikan dengan
moral. Kedua pengertian itu (etika dan moral) sering kali diidentikkan, padahal
sesungguhnya kedua kata itu dalam penggunaanya dapat dibedakan. Etika lebih
ditujukan pada suatu sistem pengkajian, suatu sudut pandangan yang dalam Islam
dikenal dengan ilmu akhlak, sedangkan moral lebih ditujukan kepada suatu
yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri, yang dalam Islam sering
disebut akhlak. Karena itu etika disebut juga filsafat kesusilaan atau
filsafat moral, yang berarti filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan
nilai baik-buruk, sehingga etika merupakan filsafat yang sifatnya praktis.
Pengertian antara etika dan moral dapat dipishkan, tetapi dalam penggunaannya
antara keduanaya akan saling beririgan. Sedangkan menurut Louis. O. Kattsoff
dalam bukunya Elements of Philosofhy yang diterbitkan tahun 1953, etika
adalah cabang aksiologi yang pada pokonya mempersoalkan tentang predikat baik
dan buruk (dalam arti susila atau tidak susila).
Sebagai topik yang khusus, etika juga mempersoalkan sifat-sifat yang
menyebabkan seseorang berhak untuk disebut susila atau berbudi. Sifat-sifat
atau atribut-atribut itu dinamakan berbudi ( kebajikan) sebagai lawan
dari kejahatan yang menunjukkan sifat-sifat yang apabila dipunyai oleh
seseorang maka orang tersebut disebut
sebagai orang yang tidak bersusila.
Pada prinsipnya semua definisi tentang etika membicarakan masalah
baik dan buruk, susila atau tidak susila, bermoral atau tidak bermoral dari
perbuatan dan tingkah laku manusia, berbicara tentang kelakuan si A yang tidak
etis atau sebaliknya, pembicaraan atau perkataan antarmanusia ini pun dapat
disebut etis atau tidak etis.
D.
BEBERAPA ISME DALAM ETIKA
Sebenarnya ada sekian banyak pemikiran dalam aliran etika. Hal ini
disebabkan oleh adanya sekian banyak pengertian dan asumsi dalam etika itu
sendiri.
1.
Egoisme
Egoisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa tindakan atau
perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat bagi diri sendiri dalam
jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu.
2.
Deontologisme
Deontologisme adalah pemikiran yang etis yang menyatakan bahwa baik
buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar
sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Ini berarti ada kewajiban moral atau
keharusan etis yang harus dipatuhi. Ada dua jenis pemikiran deontologis, yaitu deontologisme
tindakan dan deontologisme aturan. Deontologisme tindakan menyatakan
bahwa baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan
untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Deontologisme
aturan adalah bahwa kaidah moral dan tindakan baik-buruk diukur dari aturan
yang berlaku secara universal, bersifat mutlak, dan tidak dilihat dari baik
buruknya akibat perbuatan itu.
3.
Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah pemikiran etika yang melihat bahwa kaidah
moral dan baik buruknya tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Yang
menjadi tujuan tindakan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat
perbuatan yang dikerjakan.
4.
Pragmatisme
Pragmatisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa perbuatan
etis berhubungan dengan soal pengetahuan praktis yang dilakukan demi kemajuan
masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih mengutamakan tindakan daripada ajaran.
Prinsip menilai akhirnya ditentukan dari dapat-tidaknya dibuktikan,
dilaksanakan dan mendatangkan hasil. Pragmatisme menyatakan bahwa perbuatan
baik adalah perbuatan yang bisa dilaksanakan, dan dipraktekkan, mandatangkan
hal posotif bagi masyarakat. Pragmatisme berkontribusi untuk menyeimbangkan
antara kata dengan perbuatan, teori dengan praktek.
E.
KESIMPULAN
Metateori merupakan bagian dari metastudi/satu bidang yang
menganalisa lebih jauh kenyataan yang terjadi dilapangan dan direfleksikan
kembali kearah yang benar sekaligus mendiskripsikan dan menjelaskan
persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara teori-teori yang
digunakan. Dalam kegiatan/pelaksanaan komunikasi itu tidak hanya bersifat
informasi (menyampaikan sebuah pesan saja), akan tetapi juga persuasi. Artinya
dalam kegiatan komunikasi ada tujuan lain, selain agar penerima pesan mengerti
dan tahu seuatu paham atau keyakinan baru sehingga mau mengubah apa yang selama
ini diyakininya.
Etika adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik,
buruk, harus, benar, salah dan sebagainya. Dan didalam etika itu sendiri
ada aliran-aliran yaitu :
1.
Egoisme
2.
Deontologisme
3.
Utilitarianisme
4.
Pragmatisme
DAFTAR PUSTAKA
v Mufid,
Muhammad, 2010. ETIKA dan FILSAFAT KOMUNIKASI, Jakarta : KENCANA
v El Karimah,
Kismiyati dan Wahyudin, Uud 2010. Filsafat dan Etika Komunikasi, Bandung
: WIDYA PADJADJARAN
v http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psyab&q=konsep+metateori+komunikasi&oq=konsep+metateori+komunikasi&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=3&gs_upl=76385l77133l1l78069l8l5l0l0l0l3l265l1027l0.3.2l5 diakses tgl 20-03-2012
v http://www.scribd.com/doc/68342044/37261762-Komunikasi-Sejarah-Dan-Fondasi-Keilmuan diakses tgl 20- 03-2012
[2] http://www.scribd.com/doc/68342044/37261762-Komunikasi-Sejarah-Dan-Fondasi-Keilmuan diakses tgl 20-03-2012
[3] Kismiati El Karimah & Uud Wahyudin,
Filsafat dan Etika Komunikasi, WIDYA PADJADJARAN, 2010, hal 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar